Rabu, 28 Februari 2018

                                                                 Gedung Merdeka

Gedung Merdeka di jalan Asia-Afrika, Bandung, Indonesia, adalah gedung bersejarah yang pernah digunakan sebagai tempat Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika tahun 1955. Kini gedung ini digunakan sebagai museum yang memamerkan berbagai benda koleksi dan foto Konferensi Asia-Afrika yang merupakan cikal bakal Gerakan Non-Blok pertama yang pernah digelar disini tahun 1955. Secara keseluruhan Gedung Merdeka memiliki dua bangunan utama, yang pertama disebut Gedung Merdeka sebagai tempat sidang utama, sedangkan yang berada di samping Gedung Merdeka adalah Museum Konferensi Asia Afrika sebagai tempat memorabilia Konferensi Asia Afrika.Pada mulanya gedung ini merupakan bangunan sederhana yang didirikan pada tahun 1895. Pembaharuan secara besar-besaran dilakukan pada tahun 1920 dan 1928.
Gedung Societeit Concordia dibangun kembali  dengan langgam arsitektur Art Deco oleh dua guru besar Arsitektur dari Technische Hogenschool (ITB), Van Galen Last dan C.P. Wolff Schoemaker. Gedung ini berubah wajah menjadi gedung pertemuan “super club” milik Societeit Concordia yang paling mewah dan eksklusif di Nusantara. Gedung pertama ini memiliki ciri khas detail arsitektur dekoratif dengan permainan bidang-bidang geometris yang berulang yang sekilas mirip dengan detail Art Deco yang berasal dari benua amerika dengan garis-garis profil yang tegas.
Jika dilihat lebih cermat arsitek C.P.W Schoemaker memberikan signature style Art Deco miliknya berupa selubung kaca lampu dekoratif yang terpasang pada area facade depan dari pintu masuk Gedung Merdeka. Tahun 1940 Societeit Concordia kembali mengalami perombakan dengan langgam arsitektur yang lebih baru pada zamannya yaitu Streamline Deco dengan bantuan arsitek A.F. Aalbers.
Tampak depan bangunan terdiri dari garis dan elemen horizontal yang menerus, sesuai dengan karakteristik dari Streamline Deco yang memanfaatkan garis dan bentuk-bentuk yang lebih dinamis dan asimetris dibandingkan dengan langgam Art Deco yang lebih rigid. Desain facade dari gedung kedua ini menggunakan layout denah ruangan berbentuk lingkaran seperti pada ruangan yang terletak pada sudut jalan. Secara bentuk kedua bangunan ini secara implisit menggambarkan fitur feminin dan maskulin pada wujud bangunan.skipun Fungsi Gedung ini berubah-ubah dari waktu ke waktu, perubahan pun sejalan dengan yang dialami dalam perjuangan mempertahankan, menata dan mengisi kemerdekaan Indonesia Republik Indonesia. Pada 1965, di gedung tersebut berlangsung Konferensi Islam Afrika Asia.

Setelah meletus pemberontakan G30S, Gedung Merdeka dikuasai oleh instansi militer dan sebagian dari gedung tersebut dijadikan sebagai tempat tahanan politik G30S. lalu pada bulan Juli 1966, pemeliharaan Gedung Merdeka diserahkan oleh pemerintah pusat kepada Pemerintah Daerah Tingkat I Provinsi Jawa Barat, selanjutnya oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Provinsi Jawa Barat diserahkan lagi pelaksanaannya kepada Pemerintah Daerah Tingkat II Kotamadya Bandung.
Pada tanggal 6 Juli 1968, MPRS mengubah surat keputusannya dengan ketentuan bahwa yang diserahkan adalah bangunan induk gedung, sedangkan bangunan-bangunan lainnya yang terletak di bagian belakang masih tetap menjadi tanggung jawab MPRS.
Tahun 1969, pengelolaan gedung diambil alih kembali oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Barat dari Pemerintah Daerah Tingkat II Kotamadya Bandung. Lalu tepat pada bulan Maret tahun 1980, Gedung ini kembali dipercaya menjadi tempat peringatan Konferensi Asia Afrika yang ke 25. Pada puncak peringatannya diresmikan Museum Konferensi Asia Afrika oleh Presiden Republik Indonesia kedua, Soeharto.
Sejarah Gedung Merdeka
Bangunan ini pertama kali dibangun pada tahun 1895 dan dinamakan Sociƫteit Concordia, dan pada tahun 1926 bangunan ini direnovasi seluruhnya oleh Wolff Schoemacher, Aalbers dan Van Gallen. Gedung Sociƫteit Concordia dipergunakan sebagai tempat rekreasi dan sosialisasi oleh sekelompok masyarakat Belanda yang berdomisili di kota Bandung dan sekitarnya. Mereka adalah para pegawai perkebunan, perwira, pembesar, pengusaha, dan kalangan lain yang cukup kaya. Pada hari libur, terutama malam hari, gedung ini dipenuhi oleh mereka untuk berdansa, menonton pertunjukan kesenian, atau makan malam.
Pada masa pendudukan Jepang gedung ini dinamakan Dai Toa Kaman dengan fungsinya sebagai pusat kebudayaan.

Pada masa proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 gedung ini digunakan sebagai markas pemuda Indonesia guna menghadapi tentara Jepang yang pada waktu itu enggan menyerahkan kekuasaannya kepada Indonesia.
Setelah pemerintahan Indonesia mulai terbentuk (1946 - 1950) yang ditandai oleh adanya pemerintahan Haminte Bandung, Negara Pasundan, dan Recomba Jawa Barat, Gedung Concordia dipergunakan lagi sebagai gedung pertemuan umum. disini biasa diselenggarakan pertunjukan kesenian, pesta, restoran, dan pertemuan umum lainnya.
Dengan keputusan pemerintah Republik Indonesia (1954) yang menetapkan Kota Bandung sebagai tempat Konferensi Asia Afrika, maka Gedung Concordia terpilih sebagai tempat konferensi tersebut. Pada saat itu Gedung Concordia adalah gedung tempat pertemuan yang paling besar dan paling megah di Kota Bandung . Dan lokasi nya pun sangat strategis di tengah-tengah Kota Bandung serta dan dekat dengan hotel terbaik di kota ini, yaitu Hotel Savoy Homann dan Hotel Preanger
Dan mulai awal tahun 1955 Gedung ini dipugar dan disesuaikan kebutuhannya sebagai tempat konferensi bertaraf International, dan pembangunannya ditangani oleh Jawatan Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Barat yang dimpimpin oleh Ir. R. Srigati Santoso, dan pelaksana pemugarannya adalah : 1) Biro Ksatria, di bawah pimpinan R. Machdar Prawiradilaga 2) PT. Alico, di bawah pimpinan M.J. Ali 3) PT. AIA, di bawah pimpinan R.M. Madyono
Setelah terbentuk Konstituante Republik Indonesia sebagai hasil pemilihan umum tahun 1955, Gedung Merdeka dijadikan sebagai Gedung Konstituante. Karena Konstituante dipandang gagal dalam melaksanakan tugas utamanya, yaitu menetapkan dasar negara dan undang-undang dasar negara, maka Konstituante itu dibubarkan oleh Dekret Presiden tanggal 5 Juli 1959. Selanjutnya, Gedung Merdeka dijadikan tempat kegiatan Badan Perancang Nasional dan kemudian menjadi Gedung Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) yang terbentuk tahun 1960. Meskipun fungsi Gedung Merdeka berubah-ubah dari waktu ke waktu sejalan dengan perubahan yang dialami dalam perjuangan mempertahankan, menata, dan mengisi kemerdekaan Republik Indonesia , nama Gedung Merdeka tetap terpancang pada bagian muka gedung tersebut.




sumber
    https://id.wikipedia.org/wiki/Gedung_Merdeka
arsitektur gedung merdeka - Penelusuran Googlewww.google.co.id